(Cerita pendampingan KDS Banuatapura)
Berada di garis katulistiwa, terik Palu menyengat menembus kulit. Duduk di bawah pohon mangga dengan angin sejuk mengurangi rasa panas kami. Saya masih betah mendengar cerita teman-teman KDS (Kelompok Dukungan Sebaya) yang menyampaikan informasi dengan semangat tanpa menunjukan bahwa saat ini dunia sedang sulit karena pandemic Covid-19. Di akhir obrolan kami, nampak sedikit wajah sedih dari salah satu anggota yang menceritakan bahwa ada dari anggota KDS di-PHK atau tidak dapat bekerja lagi.
“ Teman-teman kami diberhentikan untuk waktu yang tidak pasti, Ka. Ini sudah sejak awal bulan April. Sebenarnya sih bilangnya bukan diberhentikan, tetapi karena ada corona ini. Warung, toko yang beli tidak banyak lagi jadi katanya harus tutup untuk sementara tapi ada juga beberapa yang masih buka. Memang tidak semua karyawan diberhentikan tapi teman kami anggota KDS justru yang kena pemberhentian. ”
Saya terdiam sejenak menunggu penjelasan lanjutan tentang alasan mereka yang diberhentikan; apakah kinerjanya jelek atau karena stigma atau yang lain tetapi pembicaraanya tentang PHK hanya sampai di situ. Kuatir dengan hal itu saya menanyakan, tetapi mereka tidak tahu alasan pastinya. Informasi utama tentang Covid 19 sangat berdampak bagi pemilik usaha rumah makan, toko dan usaha-usaha lainnya. Mereka tidak mampu lagi membayar pekerja karena pemasukkan kian hari kian menurun bahkan berhenti total.
Jumlah anggota KDS yang diberhentikan untuk sementara dan juga diberhentikan karena sebagai buruh lepas ada sekitar 10 orang. Tempat mereka bekerja di rumah makan, penjaga toko, usaha salon, pegawai hotel dan bengkel. Tidak ada pilihan lain, selain bertahan dalam kondisi ini. Untuk biaya sehari-hari masih cukup persediaan untuk 1 bulan dari uang tabungan atau gaji terakhir yang diatur sedemikian rupa agar dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka, paling tidak untuk makan dan minum. Tetapi, ternyata tidak semua bisa bertahan seperti itu
Kaka, dari 10 orang yang di PHK, ada 4 orang yang sudah tidak bisa membayar kost mereka dan rumah orang tua jauh tetapi juga ada yang sudah ditolak oleh keluarga karena kondisinya. Sekarang semua tinggal di rumah singgah. Alhamdullilah ada bantuan isi rumah singgah dari YEU. Kalau tidak, kami pasti bingung bagaimana menampung teman-teman ini karena ke depannya mungkin ada lagi yang akan datang. Kasur, meja kursi dan juga dispenser sangat bermanfaat bagi kami. Terima kasih YEU sudah bantu kami.
Suasana berubah jadi haru, mereka sangat berterimakasih dengan bantuan yang diberikan YEU yang mendapatkan dukungan dari CAID. Perlengkapan isi rumah yang didistribusikan menjadikan sekretariat KDS—yang sekaligus menjadi rumah singgah—nampak seperti rumah sesungguhnya. Tersedia meja kursi, lemari penyimpanan file, kasur, bantal hingga dispenser. Bantuan ini sudah sangat disyukuri oleh teman-teman KDS walaupun tidak cukup ini saja. Saat ini mereka harus berpikir bagaimana mendapatkan dukungan biaya makan untuk 4 orang dan mungkin seiring waktu akan terus bertambah.
Kami dapat bantuan dari donatur, ada yang kasih Rp. 500.000, ada yang kasi Rp 200.000. Semua bervariasi. Pokoknya sedikit-sedikit tetapi sangat membantu. Di antara kami juga saling dukung. Ada juga teman-teman anggota yang mau berbagi dengan teman yang lain. Alhamdulillah untuk saat ini uang itu yang kami pakai untuk belanja kebutuhan teman-teman yang tinggal di rumah singgah.
Covid-19 telah merubah segalanya, dimulai dari perilaku hidup sehat hingga membangun rasa solidaritas semakin kuat. Teman-teman KDS adalah ODHA yang sangat rentan terpapar Covid-19. Mereka saat ini saling mendukung dan menguatkan. Berbagi cerita pengalaman dan menghibur dengan cerita-cerita lucu agar tidak semakin ketakutan dengan informasi yang ada, apalagi saat ini baik di tv, sosial media semuanya membahas tentang virus ini. Grup whatsapp adalah tempat curhat dan berbagi kebahagiaan. Berbagi apa yang mereka miliki untuk teman lain sekecil apapun. Semangat mereka adalah rasa bahagia dan kepatuhan dalam segala situasi. Patuh minum obat, patuh menjaga jarak dan rajin cuci tangan. ”Cukup HIV saja yang ada pada kami, jangan Covid-19 lagi! Kami harus happy ka” celetuk seorang teman KDS.
Entah kapan Covid-19 ini akan berakhir tetapi rasa syukur dan habagia tetap ada bagi setiap anggota KDS karena itulah yang menaikkan imun gratis dalam tubuh manusia. “Hati yang gembira adalah obat”
Palu, 15 Mei 2020
Ditulis oleh : Arnice Ajawaila – Manajer Proyek YEU di Palu, Sulawesi Tengah